Maret Segera Berakhir :/ - Ketemu Tere Liye Lagi :)
Journalism Week 2013. Acara dari UKM Jurnalistik KM FK Unand, yakni Broca, tahun ini berhasil menghadirkan novelis yang karya-karyanya tengah ramai dibicarakan oleh khalayak. Novelis yang telah menulis sebanyak 16 karya. Siapa lagi kalau bukan Tere Liye :)
Dulu sewaktu di Insan Cendekia juga sebenarnya sempat bertemu dengan Tere Liye tapi kesan kami (siswa) di mata Tere Liye agak gimana gitu. Acara Bedah Bukunya mulai molor dari yang dijadwalkan, alhasil kami semua diceramahin tentang menghargai waktu -__-" haha :D Maaf Bang Tere. Ga akan terulang lagi yang kaya begitu, semoga :)
Di seminar kali ini, Tere Liye berbagi tips agar bisa menjadi penulis yang baik. Berikut apa yang ada di catatan Doni:
1. Ide atau topik tulisan itu bisa apa saja, tetapi penulis yang baik memiliki sudut pandang spesial.
Mengerti maksudnya? Begini, misalnya ketika mendengar kata 'hitam' kemudian diminta menulis satu atau dua paragraf tentang hitam tersebut. Kebanyakan orang akan membuat cerita tentang sifat dari hitam itu sendiri misalnya hitam kelam, gelap, malam, dsb. Waktu Tere Liye mengadakan pelatihan menulis dulu ada beberapa tulisan yang menarik baginya, salah satunya: Joni temanku berkulit hitam. Semua anggota tubuhnya berwarna hitam. Dari ujung rambut, kepala, gigi, badan, hingga ujung kakinya hitam. Tetapi dibalik semua itu Joni memiliki hati putih bersih :) Yah, kurang lebih begitu lah ceitanya,
2. Menulis persis seperti orang yang menuangkan teko. Kita dapat mengisi gelas yang kosong tentu dengan teko yang terisi penuh bukan? Kita mengisi teko tersebut dengan banyak-banyak membaca dan melakukan observasi. Untuk membaca mungkin tidak usah dijelaskan lagi. Kalau untuk observasi ini ada sedikit trik. Kita semua pernah naik taksi bukan? Mengantri di kasir perbelanjaan? Kebanyakan orang selama naik taksi lebih memilih untuk tidur di tengah perjalanan. Doni sendiri mengakuinya, kalau dari bandara Soekarno Hatta ke Insan Cendekia atau sebaliknya enakan tidur, dari pada capek di jalan nantinya.
Tetapi Tere Liye bilang orang yang melakukan observasi bisa melakukannya dengan bertanya ke sopir taksi tersebut pernah gak mengantar artis? Siapa dia? Apa yang dilakukannya selama di atas taksi? Umumnya di Jakarta para supir taksi pernah paling tidak satu atau dua kali mendapat penumpang seorang artis. Waaah, bener juga ya! Jadi bisa tanya-tanya nih besok kalau main ke Jakarta lagi :) Begitu juga dengan mengantri di kasir atau di tempat lainnya, asal kita punya keberanian untuk berobservasi, hal itu akan menambah wawasan kita akan apapun tulisan yang kita bikin nantinya. Jadi penulis yang baik itu selalu penuh akan amunisi di kepalanya.
3. Gaya Bahasa bisa apa saja. Penulis yang baik fokus pada isi tulisannya. Ia tidak pernah pusing dengan teknik dan cara penulisan. Juga tidak pernah bingung bagaimana memulai dan mengakhiri tulisannya sendiri. Kalau memang sudah tidak ada yang mau diceritakan tinggal tuliskan TAMAT di akhir cerita. Itu merupakan hak penulis yang sering dilupakan oleh pembaca. "Kalian pernah tau ending dari 'Hafalan Shalat Delisa'? Siapa yang tau ending sebenarnya? Saya sendiri bukan? atau mungkin bagaimana akhir dari 'Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin'?" Ya begitulah. Tidak perlu bingung untuk meletakkan ending pada suatu tulisan. Kecuali kalau kita menulis skripsi dan semacamnya :D
4. Tidak ada definisi tulisan bagus atau jelek. Yang ada hanyalah relevan atau tidak relevan. Semua orang mempunyai relevansi masing-masing. Syukur-syukur jika tulisan yang kalian bikin relevan dengan urusan banyak orang.
5. Penulis yang baik berhenti bertanya dan mencemaskan akan tulisannya. Yang dilakukannya yaitu MENULIS! Mulailah menulis! Manusia modern itu menulis: 1000 kata per hari. Dicontohkan oleh Tere Liye tentang SMS, update status fb, berkicau di twitter, dsb. Bukanlah hal sulitkan untuk menulis? :)
Yah, begitulah seminar bersama Tere Liye. Kemudian di sesi berikutnya ada wartawan nasional, seorang news anchor di Reportase Trans TV, Budi Adiputro. Keren lho orangnya, pas Budi baru masuk aja udah pada teriak kya kya cewek-cewek peserta seminar. hahaha :D Bukan orangnya aja yang keren, tapi gaya penyampaian materinya juga oke banget. Materi yang disampaikannya mengenai berita gitulah. Gak sempat Doni nyatat soalnya lagi bertugas dokumentasiin sesinya Budi ini. Ya jadinya yang ada di tangan itu kamera Broca bukan notes yang nyatat materi Tere Liye tadi. Seru seminarnya! Bersyukur jadi bagian dari panitia pelaksananya karena ga bayar insert seperti peserta seminar, hehe :D
Selain seminar dan talkshow, masih banyak acara Journalism Week (JW) 2013 lainnya. Diantaranya ada lomba Fotografi dan Cerpen untuk tingkat SMA dan Mahasiswa. Ini ada karya foto pemenangnya yang doni foto:
Doni lagi bertugas nih :D |
Selain itu untuk kalangan kampus sendiri ada juga acara yang mengasah wawasan masyarakat kampus yakni JW Master! Konsep acaranya sama dengan acara rangking 1 di Trans TV, namun di JW Master! ini peserta mewakili angkatannya masing-masing. Pesertanya dari FK 2012, 2011, 2010, dan FKG 2012, 2011. Pemenangnya yaitu o12thopedic, Pendok 2012 (FK) Jago banget dah bang Handyka Milfiadi dan Rayhan Abi Mayzan sebagai orang yang selalu menjawab pertanyaan dengan benar hingga semua kontestan dari angkatan lain gugur :D
suasana JW Master! |
Tinggal 2 orang. Rayhan (kiri) bang Handyka (kanan) |
Juga ada Broca on the Wall, acara yang memajang hasil karya yang masuk ke Broca dalam rangka Journalism Week ini. Terus ada juga pembagian koran bagi civitas kampus FK Unand. Juga acara Opening, Broca Award, yang disertai perayaan ulang tahun Broca ke 21. Ditutup dengan acara puncak seminar dan talkshow dari Tere Liye dan Budi Adiputro tadi. Untuk persiapan JW sendiri selama tiga bulan lho! Semoga tujuan acaranya, menebarkan semangat membaca dan semangat jurnalis di kampus bisa tercapai. Aamiin. Hidup Pers Mahasiswa! :)
udah selesai :) |
Wah, rame banget ya kegiatannya Don :)
BalasHapusiya Daus, selesai satu kegiatan datang lagi kegiatan lain nih --" haha :D
Hapus